Sabtu, 19 Januari 2013

Prolog : Untold feelings


PROLOG

Sunyi, entahlah.. sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Perasaan dimana aku membutuhkan keheningan yang cukup lama tanpa kehadiran siapapun disisiku. Kuhirup dalam dalam udara pagi di Jerman yang cukup menusuk dikulitku. Tak kuperdulikan angin yang berhembus cukup kencang membuat kulitku akan semakin mengkerut. Kenangan demi kenangan tersusun secara apik di otak, membuatku seakan akan ingin menenggelamkan tubuh ini kedalam gundukan salju yang paling besar. Agar aku tak harus mengingatnya kembali.


Tap... tap..
Kudengar derap langkah yang mendekat. Sebuah benda berwarna putih melilit di leherku yang sudah mulai membiru. Aku merasakan orang itulah yang melakukannya, karna sekarang ia sudah memeluk tubuhku erat dari belakang.
“Cukup.. hentikan tindakan seperti ini, aku muak melihat tingkahmu yang sudah seperti ingin mati tapi tidak cukup mampu untuk melakukannya..” Ucapnya dingin di telingaku.
“Marc...” Lirihku, tak mampu berkata apapun.
Ia melepas pelukannya dan membalik tubuhku agar menghadap kearahnya. Dipandanginya dengan seksama seluruh wajahku. Ia mendesah pelan saat melihat wajahku yang semakin tirus karna aku memang sudah sangat jarang makan.
“Aku akan memberi dua pilihan, pertama kita pulang ke Indonesia bertemu dengannya dan selesaikan semuanya atau kita pergi jauh dan memulai semuanya dari awal hanya kau dan aku bagaimana?” Ia menatapku meminta jawaban dariku.
“Marc.. aku tak mungkin pulang ke...”
“Ya sudah! Kita pergi dari semuanya dan memulai dari awal.. bukankah dari dulu memang hanya kita berdua?” Marcus tersenyum, memamerkan senyuman favoritku sejak kecil dulu. Ia menarik tanganku pergi dari situ. Tempat yang sudah menjadi saksi bisu akan semua kenangan manis yang pernah kujalani dengan seseorang. Pria yang membuatku menjadi seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar