Bab 1
Pertemuan pertama
Jane terbangun
dari tidurnya. Ia mengerang saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.15.
Sedangkan ia harus kesekolah sebelum pukul 07.00 pagi. Segera ia berlari menuju
kamar mandi dan kemudian mengenakan seragam sekolahnya. 20 menit kemudian ia
sudah rapi. Ia tengah sibuk mengikat rambut ikal panjangnya meskipun pada
akhirnya ia tidak berhasil mengikat rambut tersebut dengan rapi. Dengan
tergesa-gesa ia berlari menuju garasi, mengambil sepeda biru kesayangannya.
Tidak didengarnya teriakan milik ibunya yang meminta ia untuk sarapan terlebih
dahulu. Ia hanya memikirkan cara agar tidak terlambat kesekolah. Dikayuhnya
sepeda biru itu sekuat tenaga. Begitu ia sudah dekat dengan sekolah,
terkejutnya ia saat melihat pagar yang sudah setengah tertutup tanda bel sudah
berbunyi.
“Pak! Jangan
ditutup pagarnya!!!” Pekik Jane dari jauh. Sang satpam yang melihat Jane
terkejut dan membiarkan Jane melewati pagar sebelum ia sempat bereaksi apapun.
Jane meletakkan sepedanya sembarang dan berlari menuju kelasnya yang berada
diujung koridor.
Krek! Ia membuka
pintu dan melihat suasana kelas masih gaduh. Ia bersiul santai, menuju kursi
dipojokkan kelasnya. Diletakkannya tas hitam diatas kursi, sebelum ia
menjatuhkan diri disitu. Ia menguap malas melihat kesekeliling kelas yang
tampak membosankan baginya. Tak lama kemudian ia sudah tertidur dengan
nyenyaknya.
“Hei Jane… Pak
Agus udah datang tuh!” Seseorang mencolek bahunya, membuat gadis itu membuka
matanya dengan enggan. Ia bangun dan duduk tegak sambil memperhatikan Pak Agus
yang masuk bersama seorang lelaki muda yang seumuran dengan Jane.
“Perkenalkan,
ini Aqil… dia pindahan dari Jakarta” Pak Agus membuka suara. Terdengar suara
dari para gadis-gadis di kelas. Aqil, tersenyum ramah keseluruh kelas. Jane
menatapnya dengan tanpa minat, berbeda dengan teman-teman perempuannya yang
sekarang malah sibuk mencoba untuk mencari perhatian Aqil.
“Hai, aku Aqil!
Aku dari Jakarta! Semoga kita bisa menjadi teman yah!” Sapa Aqil ramah.
Teriakan-teriakan heboh pun mulai terdengar.
“Aqil! Hobi kamu
apa?” Terdengar celetukan dari seorang anak laki-laki.
“Aku senang main
basket, dan bermain gitar!”
“Woah!!” Hampir
satu kelas berdecak kagum melihat Aqil.
“Apa kamu sudah
punya pacar??” Kali ini seorang anak perempuan yang bersuara. Terdengar
gerutuan dari para anak laki-laki.
“Aku, belum
punya pacar..” Aqil tersenyum malu-malu saat menjawab. Terdengar sorakan
bahagia dari para gadis di kelas.
“Apakah kami
boleh tahu nomor hp mu?” Tanya gadis yang lain.
“Mungkin saat
kita sudah kenal aku akan memberitahunya..” Aqil tersenyum kecil.
Jane mencibir
melihat percakapan yang tidak penting itu. Ia memilih menutup mata lagi.
“Nah Aqil,
silahkan pilih tempat duduk mu.. ada dua kursi kosong..” Perintah Pak Agus.
Aqil tersenyum paham dan mulai memandang kesegala arah. Ia tersenyum saat
melihat seorang gadis yang tengah tertidur pulas di pojok sana. Tampaknya ia
sudah mengambil keputusan. Benar saja ia segera duduk disamping gadis tersebut.
Terdengar nada kecewa dari para gadis-gadis yang melihat hal tersebut.
“Hai aku Aqil!”
Sapa Aqil ramah. Jane membuka matanya merasa terganggu dengan suara Aqil.
“Jangan
menganggu ku!” Ucap Jane ketus.
“Kenapa? Aku
hanya ingin berkenalan dengan teman semejaku?” Tanya Aqil bingung.
“Pokoknya jangan
mengangguku!” Jawab Jane ketus dan memilih memandang kedepan. Aqil hanya
menghela napas, namun kemudian sebuah senyuman tertarik diwajah Aqil. Tampaknya
ia tengah merencanakan sesuatu.
Bel berdering
tanda istirahat telah tiba…
Jane menguap
malas dan berjalan menuju kantin. Aqil berjalan mengikutinya dari belakang.
Jane yang melihat itu hanya menatapnya sebal.
“Bisakah kau
tidak mengikutiku?” Tanya Jane dingin.
“Aku tidak
mengikutimu.. aku memang ingin kekantin kok!” Aqil berjalan mendahului Jane.
Sedangkan gadis itu melengos dan malah berbelok keperpustakaan. Nafsu makannya
telah hilang karena Aqil.
Jane masuk
kedalam perpustakaan. Suasana disana terlihat sepi, karena jarang murid di
sekolah pergi keperpustakaan saat jam istirahat. Jane terlihat memilih-milih
buku yang akan ia baca. Begitu sudah menemukannya ia segera duduk dan mulai
membaca. Baru saja setengah buku ia lahap, ia merasakan seseorang duduk
disampingnya.
“Wah, buku yang
kamu baca lumayan berat juga yah?”
Jane mendongak
dan melihat iris hitam gelap menatap matanya. Aqil tersenyum kecil dan duduk
dihadapan Jane. Membuat gadis itu berdiri hendak pergi.
“Hei, kamu mau
kemana?” Tanya Aqil.
“Apa urusanmu
bertanya aku mau kemana?” Jane menatap Aqil sinis.
“Karena kita
teman?” Ucap Aqil membuat Jane mendengus.
“Aku bukan
temanmu.. dan selamanya akan seperti itu…” Jane berjalan pergi.
“Hei! Tunggu!!!”
Aqil mengejar Jane, menarik lengannya.
Koridor terlihat
sepi, tampaknya bel masuk sudah berbunyi sejak tadi.
“Lepas!” Jane
meronta. Aqil melepas tangannya dari lengan Jane.
“Ayo kita
berteman!” Ajak Aqil.
“Kalau aku tidak
mau bagaimana?” Tanya Jane menantang.
Aqil tersenyum
manis, lalu mendekap kedua tangannya.
“Aku akan
membuatmu jadi temanku!”
Jane menatap
Aqil datar yang dibalas oleh sang empunya dengan senyuman manis.
“Silahkan
bermimpi…” Jane memutar kedua bola matanya dan berjalan menjauh,
“Tunggu saja
Jane!!” Pekik Aqil semangat.
Jane yang
mendengar itu meskipun samar hanya kembali mendengus lalu mempercepat
langkahnya.
“Dasar anak aneh!”
Batinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar